Universitas Negeri Semarang

Universitas Negeri Semarang (Unnes) adalah universitas konservasi. Konservasi memang telah menjadi visi kami. Lengkapnya, universitas konservasi bertaraf internasional yang sehat, unggul, dan sejahtera. Kampus utamanya berada di Sekaran, Gunungpati. Dan kampus lainnya Kelud, Bendan, Pegandan, Karanganyar, dan Tegal.

Embung Universitas Negeri Semarang

Unnes mempunyai 60 program studi untuk sarjana (S1) dan 12 program studi untuk diploma (D3). Unnes juga membuka sejumlah program studi pada jenjang magister (S2) dan program doktor (S3). Di universitas ini dibuka pula pendidikan profesi dan Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Visi, Misi dan Tujuan

Menjadi universitas konservasi, bertaraf internasional, yang sehat, unggul, dan sejahtera pada tahun 2020.

Tentang Unnes

Universitas Negeri Semarang (Unnes) didirikan sebagai sebuah ikhtiar bangsa Indonesia untuk berperan dan terlibat secara aktif dalam pengembangan pengetahuan ilmu, teknologi, seni, dan olahraga.

Unnes Koservasi

Badan Pengembang Konservasi UNNES mempunya 8 pilar konservasi yang terdiri dari: Arsitektur Hijau dan Transportasi Internal, Biodiversitas, Energi Bersih, Seni Budaya, Kaderisasi Konservasi, Kebijakan Nir Kertas, Pengolahan Limbah.

Jangan mengeluh masalahmu. Jika kamu merasa bebanmu lebih BERAT daripada yg lain, itu karena Tuhan melihatmu lebih KUAT daripada yang lain. Jangan berpikir kamu JATUH karena masalah yg diberikan Tuhan, karena sebenarnya Tuhan hanya menginginkanmu belajar BERDIRI. Seberat apapun masalah yg sedang menimpamu, tetaplah bersabar dan ikhlas. Hadapi dengan penuh tanggung jawab, pertolongan Tuhan pasti datang. Jangan pernah terpuruk karena suatu masalah. Bersabar dan berdoalah, percaya, tak ada masalah yang terlalu besar bagi Tuhan. Masalah adalah cara Tuhan tuk membuatmu dewasa, jangan lari darinya tapi hadapilah. Hanya mereka yg membuatmu bijaksana.

Translate

Sunday 30 June 2013

Unnes Setengah Hati Dengan Konservasi



Membayangkan Unnes seperti kampus konservasi yang penuh dengan banyak pohon dan membuat berbagai macam sesuatu dengan bahan daur ulang atau hemat energi. Tapi, banyak hal kekurangan dengan kebijakan yang diambil oleh pejabat di Unnes. Banyak hal-hal yang harus diperbaiki dan memberi ide atau inovasi yang cemerlang untuk memberi solusi atas kekuarangan yang ada di Unnes. Di Unnes setiap UAS dibagikan KRS (Kartu Rencana Studi), KRS tersebut sudah dicetak dan nantinya sebagai persyaratan dalam mengikuti UAS. Dalam kenyataannya KRS tersebut tidak ada gunanya karena KRS tersebut tidak di cek atau diperiksa oleh pengawas UAS, seharusnya KRS tersebut sudah tercantum dalam Sikadu (Sistem Akademik Terpadu) dan nantinya bisa diakses oleh mahasiswa secara mudah. Dengan cara tersebut akan menghemat pemakaian kertas dan Unnes bisa membantu untuk mengurangi dampak global warming. Seandainya mahasiswa yang ada di Unnes mendapatkan KRS maka banyak kertas yang harus dipakai dan akan manambah bahaya global warming, bila mahasiswa bisa online dan KRS ditampilkan di Sikadu pada dengan cara tersebut akan mengurangi pemakaian kertas. Satu lagi yang unik dari kebiakan Unnes yaitu pada dilaksanakannya SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) semua warga Unnes termasuk peserta SBMPTN bisa  memasukkan kendaraannya untuk masuk ke dalam lingkungan kampus Unnes yang seharusnya tidak boleh, pelaksanaan SBMPTN berlangsung selama empat hari. Bila itu dilakukan seperti itu terus maka menimbulkan pemikiran dari warga Unnes kalau yang membuat kebijakan tidak konsisten dengan kebijakan tersebut. Ada ide yang lebih baik untuk membuat pelaksanaan berjalan dengan lancar tanpa ada pelanggaran dengan kebijakan yang diambil. Seharusnya bus Unnes tetap bejalan dan di setiap helte diberi petunjuk arah atau orang seperti satpam atau mahasiswa yang berkepentingan untuk mengarahkan peserta SBMPTN untuk menjelaskan denah okasi yang berada di Unnes serta menjelaskan dengan detail tempat tersebut. Melibatkan semua pihak untuk melaksanakan suatu kegiatan tanpa merusak kebijaan itu lebih indah. Mahasiswa seperti mahasiswa yang berkecimpung di Himpunan Mahasiswa, Dewan Perwakilan Mahasiwa, dan Badan Eksekutif Mahasiswa. Mahasiswa sebaiknya dilibatkan untuk mennyukseskan dengan kebijakan tesebut. Dengan cara seperti itulah Unnes bisa menjadi Universitas yang dijuluki dengan kampus konservasi secara hakiki.

Kartu Rencana Studi

Jalan Unnes Ala Konservasi



Sunyi, sepi, tanpa adanya kendaraan yang melintas di jalan menandakan begitu berjalannya kebijakan tentang konservasi yang meniadakan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kampus Unnes. Tentunya setiap tamu yang datang akan kebingungan tentang jalan mesuk ke tempat yang akan dituju. Para tamu biasanya bertanya kepada satpam yang menjaga di pos masing-masing. Para satpam pasti menjawab kalau ingin ke tempat tujuan tersebut akan diberikan jawaban yang jaraknya memutar lebih jauh dua kali lipat. Jadi, bila masuk di kawasan Unnes sebaikknya lakukan pesiapan dulu sebelum masuk di Unnes, setidaknya lakukan olahraga sebelumnya atau minum suplemen tubuh biar nanti saat berjalan atau masuk di kawasan Unnes tidak pingsan atau kecapean. Jaga kondisi sebelum masuk ke kawasan Unnes. Tapi, bila masuk di kawasan Unnes dengan kendaran akan terasa adreanalin yang berbeda, sebut saja di jalan yang masuk ke Rektorat, Auditorium, Kantor PKM Universitas, dan BEM Universitas. Jalan yang menuju ke tempat tersebut akan dibuat berbeda karena disepanjang jalan tersebut ditumubuhi pohon-pohon yang menghalangi atau membahayakan si pengguna jalan untuk melintasi jalan tesebut. Jalan tersebut berada dipinggir pagar Unnes dan masih masuk dikawan Unnes, jalan tersebut dibuat biar oarang-rang bisa masu, karena jalan tersebut bila dilihat dari jalan utama tidak kelihatan kalau ada kendaraan yang masuk. Itu disebabkan dibuat jalan yang terletak ditempat itu. Dipastikan juga bila masuk dijalan tersebut akan lulus dalam praktik SIM. Karena jalan tersebut seperti praktik SIM yang diselenggarakan di Polres setempat. Sungguh unik sekali bila mahasiswa yang masuk ke jalan tersebut akan dimanjakan dengan jalan yang berkelok seperti ujian SIM, keuntungan tersebut bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk belajar praktik mendapatka SIM. Dan setelah lulus dari Unnes bisa membuka praktik untuk mengajarkan orang-orang untuk lulus dalam ujian SIM. Tapi, kelihatannya Unnes tidak konsisten dengan jalan yang di bangun. Salah satu jalan dibuat dengan ada pohon-pohon yang mengelilingi jalannan tersebut, disamping itu ada jalan yang mulus dengan tanpa gangguan pada saat melewati. Seharusnya Unnes bisa membuat jalan seragam biar nanti lebih menandakan kalau Unnes sebenarnya adalah kampus konservasi. Jadi jalan yang mulus tersebut ditumbuhi oleh pohon pohon yang menghalagi para pengguna jalan yang kan melintas. Bila orang melihat jalanan Unnes yan penuh pohon-pohon pasti menganggap Unnes sudah menjadi kampus konservasi yang benar-benar menjungjung konservasi. Bila Unnes tidak melakukan seperti itu pasti orang-orang masih bingung apakah benar kalau Unnes adalah kampus konservasi?. Terlihat lucu dan unik bila dilakukan hal seperti itu. Tapi bila tidak dilakukan akan menimbulkan perbedaan ketidak konsistennya si pembuat kabijakan. Susah memang membuat kebijakan yang diharapkan oleh orang-orang, tapi tidak salahnya orang-orang tesebut mengutarakan isi hatinya dengan tulisan seperti ini.

Jalan Unnes penuh dengan pohon

Jalan Unnes penuh dengan pohon

Jalan Unnes penuh dengan pohon

Jalan tanpa pohon

Jalan tanpa pohon

Jalan tanpa pohon

Wednesday 26 June 2013

Materi Laporan Pengukuran Kecepatan Aliran dan Debit



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran sungai di Cikuda dengan metode apung dan current meter.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Debit Aliran
Debit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local.
2.2 Pengukuran Debit
Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori ( Gordon et al., 1992):
1. Pengukuran volume air sungai
2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang melintang sungai.
3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran sungai (substance tracing method).
4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran air lambat) atau flume ( aliran cepat).
Pada katagori pengukuran debit yang kedua, yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering dikenal sebagai pengukuran debit melalui pendekatan velocity-area method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai. Current meter berupa alat yang berbentuk propeller dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian dimasukan ke dalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar karena gerakan lairan air sunagi.Kecepatan lairan air akan ditentukan dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan disajikan dalam monitor kecepatan rata-rata aliran air selama selang waktu tetentu..Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai menjadi beberapa bagian dengan leber permukaan yang berbeda.Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian diukur sesuai dengan kedalaman.Ketentuan pengukurannya disajikan dalam tabel berikut.
Kedalaman (m)
Pengamatan kecepatan
Kecepatan rata-rata
0.0 – 0.6
0.6d
= V 0.6d
0.6 - 3.0
0.2d
0.8d
= 0.5 (V 0.2d + V 0.8d )
3.0 - 6.0
0.2d
0.6d
0.8d
=
>6
s
0.2d
0.6d
0.8d
b
=
Tabel 1 Penentuan kedalaman sungai
Dimana d adalah kedalaman sungai
Setelah kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit aliran sungai dapat dihitung dengan menggunakan persamaan matematis berikut.
Q = A V
Dimana Q adalah debit ( m3/dt)
V adalah kecepatan (m/dt)
A adalah luasan sungai (m2)
            Dalam melakukan pengukuran debit sungai perlu diperhatikan angka kecepatan aliran rata-rata, lebar sungai, kedalaman, kemiringan, dan geseran tepid an dasar sungai.Geseran tepi dan dasar sungai akan menurunkan kecepatan aliran terbesar pada bagian tengah dan terkecil pada bagian dasar sungai.Faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan adalah jari-jari hidrolik r (hydraulic radius).
R = A/Wp
dimana : A luasan penampang melintang (m2)
Wp = keliling basahan (wetted perimeter)
            Cara pengukuran lainnya selain dengan menggunakan alat Current meter, dalam pengukuran kecepatan aliran sungai juga dapat dilakukan dengan metode apung (floating method).Caranya dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai untuk jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda apung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan lain yang telah ditentukan.Benda apung yang digunakan dalam pengukuran ini pada dasarnya adalah benda apa saja sapanjang dapat terapung dalam aliran sungai.Pemilihan tempat pengukuran sebaiknya pada bagian sungai yang relatiflurus dengan tidak banyak arus tidak beraturan.Jarak antara dua titik pengamatan yang diperlukan ditentukan sekurang-sekurangnya yang memberikan waktu perjalanan selama 20 detik.Pengukuran dilakukan beberapa klai sehingga dapat diperoleh kecepatan rata-rata permukaan aliran sungai dengan persamaan berikut.
Vper = L/ t
Dimana : L = jarak antara dua titik pengamatan (m)
t = waktu perjalanan benda apung (detik)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Current meter
2. Stopwatch
3. Meteran
4. Tali
5. Bambu atau tongkat berskala
6. Pensil
7. Kertas
8. Benda yang dapat terapung
3.2 Prosedur
a. Prosedur pelaksanaan praktikum ini untuk pengukuran kecevatan aliran sungai dengan menggunakan alat current meter adalah sebagai berikut:
1. ukur dimensi sungai meliputi lebar sungai, dan bagi lebar sungai menjadi beberapa segmen tergantung keadaan sungai tersebut.
2. hitung kedalaman sungai dengan menggunakan tongkat berskala
3. tempatkan alat ukur current meter pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman sungai (lihat tabel 1)
4. dengan menggunakan stopwatch, hitunglah kecepatan sungai melalui angka yang ditampilkan dalam monitor current meter. Lama waktu pencatatan adalah 1 menit.
5. Ulangi langkah hingga tiga kali pengukuran.
6. Lakukan pengukuran pada segmen, yaitu segmen 2 dan 3
7. Hitung kecepatan aliran sungai rata-rata pada setiap segmen pengukuran dengan cara menjumlahkan nilai pengamatannya.
8. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas penampang sungai dengan kecepatan rata-rata aliran sungai.
b. Prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode apung ( floating method) adalah sebagai berikut:
1. Ukurlah panjang sungai dengan meteran yang akan dijadikan sebagai lintasan benda.Jarak atau panjang sungai sekurang-kurangnya memberikan waktu perjalanan selama 20 detik.
2. Jatuhkan benda yang dapat terapung pada titik pengamatan 1 dan waktu mulai dihitung.Hentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada titik pengamatan 2.
3. Catat waktu yang ditempuh benda tersebut.
4. Lakukan pengamatan beberapa kali minimalnya tiga kali percoban
5. Hitung rata-rata waktu yang diperlukan benda selama percobaan tersebut.
6. Hitung kecepatan aliran sungai dengan mengalikan antara jarak titik pengamatan dengan waktu tempuh rata-rata.Kemudian kalikan kecepatan aliran tersebut dengan angka tetapan 0,75 ( keadaan dasar sungai kasar).
7. Hitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran yang didapatkan dari perhitungan pada langkah 6.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Perhitungan luas penampang sungai

Luas A1          = 0,5 ( 3 x 2,8) = 4,2 m2
Luas AII         = 3 x 2,8 = 8,4 m2
Luas AIII        = 0,5 ( 3 x 2,8) = 4,2 m2
Luas total sungai =16,8 m2
b. Hasil percobaan dengan metode floating method
No
Benda
Waktu (sekon)
Panjang sungai (m)
Kecepatan
m/s
Kec.rata-rata m/s
1
1
17
22
1,29
1,32
2
1
16
22
1,37
3
1
17
22
1,29
4
2
15
22
1,47
1,22
5
2
17
22
1,29
6
2
24
22
0,92
Kecepatan rata-rata benda 1 dan 2
1,27
Perhitungan :
Q = V x A = (0,75 x 1,27 m/s) x 16,8 m2
Q = 16,002 m3/s
c. Hasil percobaan dengan Current meter
No
Kecepatan( m/s )
Kecepatan rata-rata
(m/s)
Segmen1
Segmen 2
Segmen 3
1
0,4
0,8
0,5
2
0,4
0,8
0,5
3
0,2
0,7
0,5
Kec rata-rata
0,33
0,77
0,5
0,53
Perhitungan :
Q = A x V = 16,8 m2 x 0,53 m/s
Q = 8,90 m3/s
4.2 Pembahasan
            Pengukuran debit sungai yang dilakukan pada saat praktikum menggunakan dua metode, yaitu metode apung ( floating method) dan menggunakan alat current meter.Berdasarkan data dan hasil perhitungan kedua metode tersebut menghasilkan debit yang jauh berbeda dengan selisih antara keduanya mencapai 7,101 m3/s.Tentunya hal tersebut dikarena kedua debit didapatkan dari dua pengukuran yang berbeda.Dalam prakteknya di lapangan banyak factor-faktor yang mengakibatkan ketidakakuratan dalam perhitungan debit aliran sungai.
            Pada pengukuran dengan metode apung, karakteristik sungai yang tidak beraturan, baik dari segi kedalaman, kecepatan arus maupun medn yang berat sehingga menyulitkan praktikan dalam menetukan lokasi yang tepat untuk pengukuran.Hasil praktikum dengan menggunakan metode apung ini kecepatan aliran yang didapatkan relative dengan selisih konstan, yaitu 1m/s namun pada pengukuran terakhir berubah signifikan, kecepatannya jauh lebih lambat dari perngukuran sebelumnya, yaitu pada pengukuran dengan benda dua pengamatan ketiga didapatkan kecepatan aliran sungai mencapai 0,92 m/s yang jauh lebih kecil secara berturut-turut sebesar 0,37; 0,55 dari pengamatan 2 dan 1 dengan benda yang sama.Hal tersebut dikarenakan aliaran air yang tidak beraturan sehingga sesekali benda yang terapung di aliran permukaan sungai terjebak oleh cekungan arus sehingga perjalanan benda dari pengamatan 1 dan 2 tidak lancer yang mengakibatkan waktu tempuhnya jauh dari pengamatan yang lain.Penggunaan benda sebagi alat yang mengapung di aliran sungai juga perlu diperhatikan.Hasil pengamatan antara benda 1 dan 2 yang mempunyai perbedaan ukuran menyebabkan perbedaan kecepatan aliran yang di dapatnya.Pada pengamatan di dapatkan benda 1 yang ukurannya lebih kecil dari benda 2 ternyata mempunyai kecepatan rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan benda 2 yang berukuran lebih besar, yaitu kecepatan rata-rata benda 1 mencapai 1,32 m/s sedangkan pada benda 2 kecepatnnya mencapai1,22 m/s, terdapat perbedaan yang mencapai 1,1 m/s.Selain itu juga, menurut referensi jarak pengamatan setidaknya benda untuk mencapai titik akhir pengamatan memerlukan waktu 20 detik.Namun hasil praktikum hanya ada satu kali pengamatan yang mencapai waktu lebih dari 20 detik selebihnya kurang dari 20 detik, itu juga benda yang mencapai waktu lebih dari 20 detik dikarenakan terjebak di pusaran air sehingga waktu tempuhnya menjadi lebih lama.Dengan demikian, jarak pengamatan yang mencapai 22 m itu masih kurang untuk suatu pengamatan kecepatan aliran sungai pada keadaan aliran sungai tersebut, sehingga data yang didapatkan pun kurang akurat.
            Berbeda hal nya dengan metode apung, metode pengukuran debit air dengan current meter ini lebih sulit penggunaannya.Pengukuran kecepatan aliran airnya tidak sesederhana metode apung, pada metode ini kedalaman sungai menjadi suatu penentu dalam pengukuran, selain itu juga sungai harus dibagi ke beberapa bagian untuk mendapatkan kecepatan rata-rata aliran sungai pada dari bagian tepi dan tengah.Sehingga sebelum pelaksanaan pengamatan perlu memperhatikan beberapa hal, yang utama adalah kedalaman sungai, selain itu juga arus tidak boleh terhalang oleh suatu benda atau adanya batuan yang menghalangi sebab hal tersebut akan mempengaruhi terhadap hasil pengamatan.Hasil pengamatan menunjukan kecepatan aliran sungai pada segmen tengah lebih besar dai pada bagian tepi kiri dan kanan.Dari hasil pengamatan 1 sampai dengan 3 pada segmen tengah paling besar, yaitu berkisar antara 0,7 – 0,8 sedangkan pada bagian kiri dan kanan maksimal kecepatan aliran sungai mencapai 0,5 m/s.Hal tersebut dikarenakan pada bagian tengah relatif lebih halus permukaan dasarnya ssehingga air tidak terhalang perjalannya, berbeda dengan yang ada di tepi yang banyak terhalang bebatuan.Faktor-faktor yang dapat mengurangi keakuratan data hasil pengamatan adalah terbatasnya peralatan yang tersedia sehingga dalam penetuan titik pengamatan terhamabat oleh arus yang besar, permukaan dasar sungai yang tidak beraturan menyebabkan ketidak telitian dalam penghitungan kedalaman air.Namun demikian,jika dibandingkan dengan hasil pengamatan dengan metode apung, metode current meter lebih teliti terbukti dengan hasil pengamatan yang jauh jebih kecil.Selain itu juga penggunaan alat yang cukup baik dapat mengghindari berbagai kesalahan dalam pengukuran dibandingkan dengan metode apung.Debit aliran sungai yang didapatkan dari hasil pengamatan baik berdasarkan metode apung maupun menggunakan current meter dapat dijadikan sebagai informasi yang sangat penting dalam perancangan bangunan air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan di Sungai Cikuda Jatinagor dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan metode apung sebesar 16,002 m3/s.
2. Debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dengan menggunakan current meter sebesar 8,90 m3/s.
3. Pengukuran debit aliran sungai dengan menggunakan current meter lebih akurat dibandingkan dengan metode apung.
5.2 Saran
            Pada pengukuran debit aliran sungai dengan metode apung sebaiknya dikaji mengenai pengaruh dimensi benda yang digunakan dan sebelum pengamatan dilakukan sebaiknya dicoba dahulu berapa waktu tempuh benda dari jarak tertentu hingga dapat menetukan jarak yang memenuhi syarat pengamatan, yaitu waktu perjalanan benda sekurang-kurangnya 20 detik.Untuk pengukuran dengan current meter perlu diperhatikan tempat pengukuran yang arusnya tidak terhalang oleh batu atau benda lainnya sehingga kecepatan yang diukur benar-benar kecepatan aliran sungai.


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...