Penyaluran donasi tersebut dilakukan
pada tanggal 30 Desember 2014, mahasiswa yang ikut dalam penyaluran donasi yaitu
Muhammad Hamzah Fansuri (Sipil '12) , Safrudin Khuzaeni Nurohman(Sipil '12) , Kurnia Dwi Anggraini (Sipil '12) ,
Rizki Julia Rachmawati (Sipil '12) , Yudi Sutanto (Sipil '13) , dan Anientio (Sipil '13).
Dimulai perjalanan sesuai ekspetasi
yaitu 5 jam karena tidak ada macet dan pusat Desa Karangkobar TKP longsor 1 jam
melewati gunung dan hutan dengan medan yang curam. Sesampainya di Desa
Karangkobar disambut dengan kondisi desa yang telah diluluh lantahkan dengan
longsor. Pohon-pohon yang tegak diatas tanah, rumah-rumah yang kuat diatas
tanah hanyut dengan sapuan longsor. Kita seharusnya menyadari bahwa alam
merupakan ciptaan Tuhan kita sebagai khalifah seharusnya menjaga serta
menyeimbangkannya.
Diperjalanan kami terheran-heran dengan
kondisi alam berubah tidak seperti sebelumnya tetapi, ucapan subhanaalh terucap
ketika kami melihat rumah yang bediri kokoh, rumah itu adalah milik ustadzah
yang mengajarkan mengaji di Dusun Jemblung.
Kami menuju ke posko pengungsi untuk
menyalurkan donasi, sampaiknya di posko kami disambut oleh relawan BSMI (Bulan
Sabit Merah Indonesia). Ada tiga badan relawan yang menampung bantuan salah
satunya adalah BSMI. Kondisi korban mulai membaik banyak anak-anak yang
menggambar sembari bermain dengan kami. Karya anak-anak tersebut ditempel di
posko, hal tersebut untuk menghibur anak-anak paska longsor dan mengambalikan
psikologi. Dan setidaknya melupakan kejadian longsor kemarin.
Kami diantar oleh Bapak H. Agus Leo
sebagai relawan dari BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia) untuk melihat kondisi
yang sebenarnya dari awal sampai terjadinya longsor.
Pertama kami diantar ke kuburan massal
korban bencana longsor, setiap kuburan terdapat 3-5 jenazah. Kami singgah untuk
berdoa agar arwah-arwahnya diterima di sisiNya dan keluarga yang ditinggalkan
diberi kesabaran.
Beliau menuturkan sebenarnya ada empat
titik longsor di Desa Sampang dan salah satunya adalah Dusun Jemblung. Yang
diperkirakan longsor tidaklah Dusun Jemblung karena ada salah satu dusun yang
mengalami retak bagian-bagian tanah. Tetapi, diluar eskpetasi Dusun Jemblung
yang longsor terlebih dahulu. Tidak lepas dari itu, dusun-dusun yang lain
diharap tetap waspada apabila longsor terjadi secara tiba-tiba.
Kami mengunjungi lokasi yang
diperkirakan longsor serta mengunjugi balai Desa Sampang
Diperjalanan kami melihat warga-warga
yang sedang memilih pakaian dari donatur. Banyak korban yang mengungsi di rumah
warga. Mereka memilih hal tersebut karena dekat dengan sanak saudara.
Setelah dijelaskan kami lanjut diajak ke
bangkai-bangkai kendaraan korban longsor. Ternyata tidak hanya korban dari
Dusun Jemblung saja yang menjadi korban ada juga wisatawan yang menjadi korban,
pasalnya wisatawan tersebut memilih jalur alternatif untuk berwisata ke Dieng.
Setelah melihat bangkai kami diajak ke
tempat longsor dan sekaligus menyerahkan donasi ke BSMI. Pak H. Agus Leo menuturkan bahwa sebelum
terjadinya longsor yang besar ini, sudah terlebih dahulu terjadi longsor namun,
dalam skala kecil. Tepat di hari jumat petang suara gemuruh terdengar. Dusun
Jemblung terombak ambik kemudian longsor menghantam rumah-rumah yang ada
didepannya. Semua datar tanpa tersisa. Puing-puing rumah berserakan, bangkai
kendaraan yang hanyut di sungai.
Kami mewakili Jurusan Teknik Sipil
menyerahkan amanah yaitu donasi kepada BSMI semoga bisa menringankan beban dan
membantu korban bercana korban longsor Banjarnegara.
Banyak hikmah yang dapat kami ambil
dalam penyaluran donasi ini. Menjaga, merawat, melindungi, serta menyeimbangkan
lingkungan seharunya tugas kita sebagai manusia. Semoga dengan kejadian ini
kita bisa terus bersyukur dan berdoa atas nikmat Tuhan. Nikmat Tuhan mana lagi
yang engkau dustakan. Semoga korban bencana longsor diberi ketabahan dan bisa
bangkit untuk menghadapi bencana ini.
Diperjalanan pulang kami melihat banner
yang terpasang di talud yang membuat kita bisa meluruskan niat dalam membantu.
Banyak orang-orang yang hanya melihat dan mengambi foto terkesan sebagai wisata
padahal korban-korban menangis mengahapi bencana longsor.
Terima kasih kami haturkan kepada Bapak
Amir Fauzan dan Bapak Hanggoro Tri Cahyo A. yang selalu memberikan bantuan dan
ide serta pembelajaran buat kami. (Civil Engineering Research Club).
Dokumentasi : Rizki Julia Rachmawati